Sati: Tradisi Mengerikan Para Janda yang Dibakar Hidup-hidup di Atas Mayat Suami


Tradisi sati

Pernah mendengar tentang tradisi Sati? Jika belum, Anda mungkin akan terharu dan terkejut mendengar kisahnya. Sati merupakan suatu ritual yang berasal dari India dan Nepal, di mana seorang janda akan mengorbankan dirinya dengan ikut terbakar bersama mayat suaminya di atas tumpukan kayu. Ritual ini dilakukan sebagai tanda kesetiaan dan pengabdian seorang istri kepada suaminya.

Tradisi ini berakar dari kepercayaan Hindu kuno, yang menganggap seorang istri sebagai bagian dari tubuh suaminya. Oleh karena itu, ketika suaminya meninggal, ia harus mengikuti jejaknya ke alam baka. Dengan demikian, ia akan terbebas dari dosa-dosa mereka dan keluarga mereka, serta mendapatkan tempat yang mulia di surga. Namun, di balik alasan-alasan religius tersebut, terdapat pula faktor-faktor sosial dan ekonomi yang mempengaruhi para janda untuk melakukan Sati.

Salah satunya adalah tekanan sosial dari masyarakat sekitar yang menganggap para janda sebagai sumber malapetaka dan beban. Menurut adat Hindu, seorang janda tidak boleh menikah lagi karena akan mencemarkan kesucian dirinya. Jika ia menikah lagi, ia akan mengurangi hak dan warisan yang diperoleh dari suami pertamanya.

Selain itu, para janda juga sering mendapat perlakuan tidak adil dan kasar dari keluarga dan masyarakat. Mereka harus hidup dalam kemelaratan, kesepian, dan penderitaan. Mereka juga harus mematuhi aturan-aturan ketat seperti tidak boleh memakai perhiasan, tidak boleh berdandan, tidak boleh tersenyum, tidak boleh berbicara dengan laki-laki lain, dan lain-lain. Dengan kondisi seperti itu, tidak heran jika banyak para janda yang memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan cara Sati.

Tradisi Sati mulai mendapat sorotan dunia internasional ketika bangsa Eropa mulai menjajah India pada abad ke-18 dan ke-19. Bagi kolonialis Eropa, Sati dipandang sebagai tradisi biadab yang bisa mengganggu kepentingan imperialisme mereka di tanah jajahan. Sebaliknya, bagi masyarakat tradisional yang masih memegang teguh tradisi, Sati merupakan kewajiban moral dan spiritual.

Perdebatan antara pihak-pihak yang pro dan kontra Sati terus berlangsung hingga akhirnya pemerintah kolonial Inggris mengeluarkan undang-undang yang melarang praktik Sati pada tahun 1829. Undang-undang ini kemudian diperkuat oleh pemerintah India setelah merdeka pada tahun 1947. Namun, meskipun sudah dilarang secara hukum, tradisi Sati masih terjadi di beberapa daerah terpencil di India hingga saat ini.

Salah satu kasus Sati yang menggemparkan dunia adalah kasus Lalmati Verma pada tahun 2008. Wanita berusia 71 tahun ini melompat ke dalam api kremasi suaminya di Desa Chechar, Chhattisgarh. Keluarganya ditangkap karena diduga mendukung aksi Lalmati. Mereka bisa dihukum mati atau penjara seumur hidup berdasarkan Undang-Undang Pencegahan Sati yang berlaku sejak 1987.

Tradisi Sati merupakan salah satu contoh dari praktik-praktik budaya yang bertentangan dengan hak asasi manusia, khususnya hak-hak perempuan. Tradisi ini mencerminkan adanya ketimpangan gender dan ketidaksetaraan sosial dalam masyarakat India. Meskipun sudah ada upaya-upaya untuk menghapuskan tradisi ini, masih dibutuhkan kesadaran dan pendidikan yang lebih luas untuk mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat.


Sumber:

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama